Senin, 09 September 2019

LOCAL FOOD #2

1. Bakso 





Bakso merupakan makanan yang digandrungi oleh masyarakat Indonesia. Di Indonesia sendiri hampir di seluruh penjuru ada. Dan uniknya adalah makanan yang berbahan daging giling ini di setiap kota seluruh Indonesia racikannya berbeda beda. Yuk simak lebih lanjut mengenai bakso.

Definisi Bakso

Menurut KBBI, bakso adalah makanan terbuat dr daging, udang, ikan yg dicincang dan dilumatkan bersama tepung kanji dan putih telur, biasanya dibentuk bulat-bulat. Tidak jauh berbeda dengan definisi dari Wikipedia. Bakso atau baso adalah jenis bola daging yang lazim ditemukan pada masakan Indonesia. Bakso umumnya dibuat dari campuran daging sapi giling dan tepung tapioka, akan tetapi ada juga bakso yang terbuat dari daging ayam, ikan, atau udang bahkan daging kerbau. Umumnya masyarakat Indonesia memanggilnya dengan sebutan bakso, namun kebanyakan orang Sunda menyebutnya baso.

Asal Mula Bakso

Bakso menjadi terkenal di Indonesia oleh masyarakat Tionghoa Indonesia. Istilah bakso juga berasal dari kata Bak-So dalam bahasa Hokkien (Taiwan) yang artinya adalah daging giling. Dikarenakan penduduk Indonesia mayoritas adalah muslim maka kebanyakan bakso dibuat dari daging halal seperti daging ayam, sapi maupun ikan. Sekarang ini makanan lezat berbentuk bulat ini lebih banyak dijual oleh orang orang Jawa dan yang terkenal adalah berasal dari kota Malang, Solo dan Wonogiri. Ketiga kota tersebut memiliki ciri khas masing masing. Di kota Malang bakso disajikan dengan berbagai olahan pangsit dan tahu bakso, isi di dalam satu mangkok bakso Malang lebih terlihat ramai dibandingkan dengan yang lain. Berbeda dengan Wonogiri dan Solo, ciri khas dari kedua kota ini adalah aroma kaldu sapinya yang membuat orang ketagihan. Bersyukurlah karena kamu bisa menemukan bakso dengan mudahnya dari penjual keliling hingga kelas restoran. 
2. Soto 

merupakan salah satu makanan dengan varian yang banyak di Indonesia. Hampir setiap daerah di Indonesia memiliki variannya sendiri untuk makanan lezat yang satu ini, sebut saja soto Betawi, soto Kudus, soto Kudus, coto Makassar, dan masih banyak variannya yang lain.
Bahan dan bumbu yang digunakan di tiap daerah pun berbeda tergantung dengan selera warga lokal di wilayah tersebut. Namun terdapat satu hal yang menjadi benang merah antara satu jenis soto dengan yang lainnya, yaitu warna kuah yang cenderung kuning.
Pada jilid II dari karya besarnya yaitu Nusa Jawa: Silang Budaya, Denys Lombard membahas bahwa asal mula soto adalah makanan China bernama caudo atau jao to. Makanan ini pertama kali populer di wilayah Semarang sekitar abad ke-19. Namun dalam buku tersebut tidak ada penjelasan lebih lanjut mengenai salah satu makanan paling favorit bagi banyak masyarakat Indonesia.
Lebih jauh mengenai soto, terdapat sebuah penelitian yang berjudul Menyantap Soto Melacak Jao To dari Ary Budiyanto dan Intan Kusuma Wardhani yang mencoba memetakan sejarah dari makanan ini. Dikutip dari Lono Simatupang, disebutkan bahwa soto berasal dari makanan China dalam dialek Hokkian yang bernama cau do. Arti dari cau do sendiri adalah rerumputan jeroan atau jeroan berrempah.
Walaupun saat ini soto memiliki isi yang lebih bervariasi baik berupa daging maupun jeroan namun jika dilihat dari asal katanya pada masa lalu makanan ini lebih banyak berisi jeroan. Perubahan nama cau do menjadi soto sendiri disebabkan karena semakin dikenalnya makanan ini dan perubahan penyebutan kata tersebut menjadi lebih mudah dan familiar bagi banyak orang.
Soto pada awalnya mulai populer di wilayah Semarang baru kemudian tersebar pada beberapa wilayah pesisir utara pulau Jawa. Hingga saat ini memang pesisir utara memiliki beberapa varian soto yang cukup terkenal, sebut sata soto Betawi dan Cirebon yang sangat mirip dan masih banyak menggunakan jeroan, soto Lamongan, serta soto Madura asal Surabaya yang sangat tersohor itu. Suburnya soto di wilayah pesisir utara Jawa ini disebabkan juga karena banyaknya peranakan China yang tinggal di wilayah ini.
Sejak dulu hingga saat ini, makanan berkuah ini bukan lah sebuah makanan mewah yang dinikmati oleh kalangan penguasa. Makanan ini lebih banyak dinikmati oleh kalangan menengah ke bawah dengan dijajakan menggunakan pikulan pada masa lalu. Seiring perkembangan waktu, pikulan tadi berubah menjadi gerobak. Aksesori serupa gerobak atau pikulan ini hingga saat ini pun biasanya masih digunakan oleh beberapa warung soto.
Walaupun pada mulanya dianggap merupakan perkembangan dari sup jeroan dari China tetapi melihat perubahan soto saat ini terutama perkembangan variannya pada banyak daerah, makanan ini telah benar-benar diambil dan disesuaikan dengan lidah masing-masing daerah.
Penggunaan santan, koyah, tauge, bihun, bawang goreng, kentang, dan beragam bahan lainnya merupakan hal yang berbeda-beda di tiap daerah tergantung dengan selera lokal. Perbedaan ini lah yang justru menjadikan makanan ini menjadi sangat disukai oleh banyak kalangan di seluruh Indonesia.
source : 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar