Selasa, 19 Februari 2019

FOOD TERMINOLOGI MAKANAN KHAS SEMARANG JAWA TENGAH

1. Tahu Gimbal
Tahu gimbal adalah makanan khas Kota SemarangMakanan ini terdiri dari tahu goreng, rajangan kol mentah, lontong,taoge, telur, dan gimbal (udang yang digoreng dengan tepung) dan dicampur dengan bumbu kacang yang khas karena menggunakan petis udang. Beda dengan saus kacang untuk pecel Madiun yang agak kental. Saus bumbu kacang untuk tahu gimbal agak sedikit encer.

Source : https://id.m.wikipedia.org/wiki/Tahu_gimbal


2. Tahu Pong 


Tahu Pong adalah nama makanan, bisa disajikan khas, dari Semarang

Kenapa disebut tahu pong? ..........

Itu kependekan dari kata tahu kopong. Dalam bahasa Jawa, kopong berarti kosong. Lha kok bisa tahu kosong? Inilah mengapa disebut tahu kopong
Tahu yang tengahnya kosong. Tahu ini tahu biasa, seperti tahu-tahu yang lain yang kita tahu. Bedanya, mungkin karena proses pembuatan yang sedikit berbeda, tingkat akhir yang berbeda yang menyebabkan kopong begitu. Sewaktu mentah bentuknya juga sama seperti tahu biasa, tapi setelah digoreng, bagian tengahnya menyusut dan menjadi kopong seperti itu.
Source : http://web.budaya-tionghoa.net/index.php/item/310-tahu-pong-semarang
3. Lumpia 

Makanan khas kota Semarang ternyata memiliki kisah menarik di baliknya. Lumpia hadir pertama kali pada abad ke 19 dan merupakan salah satu contoh perpaduan budaya asli Tiong Hoa – Jawa yang serasi dalam cita rasa. Semua bermula dari saat Tjoa Thay Joe yang lahir di Fujian, memutuskan untuk tinggal dan menetap di Semarang dengan membuka bisnis makanan khas Tiong hoa berupa makanan pelengkap berisi daging babi dan rebung. Tjoa Thay Joe kemudian bertemu dengan Mbak Wasih, orang asli Jawa yang juga berjualan makanan yang hampir sama hanya saja rasanya lebih manis dan berisi kentang juga udang.
Seiring waktu bejalan, mereka bukannya bermusuhan, malah saling jatuh cinta dan kemudian menikah. Bisnis yang dijalankan pun akhirnya dilebur menjadi satu dengan sentuhan sentuhan perubahan yang malah makin melengkapi kesempurnaan rasa makanan lintas budaya Tiong Hoa – Jawa. Isi dari kulit lumpia dirubah menjadi ayam atau udang yang dicampur dengan rebung serta dibungkus dengan kulit lumpia. Keunggulannya adalah udang dan telurnya yang tidak amis, rebungnya juga manis, serta kulit lumia yang renyah jika digoreng.
Jajanan ini biasanya dpasarkan di Olympia Park, pasar malam Belanda tempat biasa mereka berjualan berdua. Oleh karena itu makanan ini dikenal dengan nama Lumpia.
Source : http://seputarsemarang.com/sejarah-lumpia-ada-cinta-dalam-setiap-potongnya/

4. Wingko Babat 

Wingko atau sering disebut juga Wingko babat adalah makanan tradisional khas Indonesia. Wingko adalah sejenis kue yang terbuat dari kelapa muda, tepung beras ketan dan gula. Wingko sangat terkenal di pantai utara pulau Jawa. Kue ini sering dijual di stasiun kereta api, stasiun bus atau juga di toko-toko kue untuk oleh-oleh keluarga.
Wingko biasanya berbentuk bundar biasa disajikan dalam keadaan hangat dan dipotong kecil-kecil. Wingko dapat dijual dalam bentuk bundar yang besar atau juga berupa kue-kue kecil yang dibungkus kertas. Kombinasi gula dan kelapa menjadikan kue ini nikmat. Harga kue ini dapat bervariasi tergantung tempat menjualnya dan merek wingko ini.
Wingko yang paling terkenal dibuat di Semarang. Ini menyebabkan banyak orang yang mengira bahwa wingko juga berasal dari kota ini. Meskipun demikian, wingko babat sebenarnya berasal dari Babat. Ini adalah daerah kecil di Lamongan,Jawa Timur. Babat adalah titik persimpangan Bojonegoro, Jombang, Tuban, dan Surabaya
Di Babat, yang merupakan kota kecil dibandingkan dengan Semarang, Wingko memiliki peranan penting bagi pertumbuhan ekonomi daerah ini. Ada banyak perusahaan penghasil wingko yang memperkerjakan banyak orang. Kelapa yang digunakan untuk bahan wingko ini diambil dari daerah-daerah sekitar tempat ini.
Saat ini wingko adalah makanan yang terkenal di Babat dan Semarang dengan berbeda merek dan besar yang dijual. Banyak Wingko yang saat ini masih menggunakan nama Tionghoa.
Source : https://id.m.wikipedia.org/wiki/Wingko_babat

5. Bandeng Presto 

Bandeng presto adalah makanan khas Indonesia yang berasal dari Kota Semarang, Jawa Tengah. Makanan ini dibuat dari ikan bandeng (Chanos chanos) yang dibumbui dengan bawang putih,kunyit dan garam. 
Ikan bandeng ini kemudian dimasak pada alas daun pisang dengan cara presto. Presto  adalah cara memasak dengan uap air yang bertekanan tinggi. Makanan yang dimasak dengan cara ini diletakkan dalam panci yang dapat dikunci dengan rapat. Air yang berada di dalam panci ini kemudian dipanaskan hingga mendidih. Uap air yang timbul akan memasak makanan yang berada di dalam panci ini. Karena ikan bandeng terkenal memiliki banyak duri, bandeng presto adalah makanan yang digemari karena dengan cara masak presto duri-duri ini menjadi sangat lunak.

Source : https://id.wikipedia.org/wiki/Bandeng_presto

6. Bakmi Jawa 



Bakmi Jawa atau Mi Jawa adalah bakmi rebus (Jawa : bakmi godhog) yang dimasak dengan bumbu khas masakan Jawa. Kebanyakan bakmi Jawa adalah bakmi rebus, sehingga di luar negeri (Malaysia dan Singapura) bakmi Jawa ini dikenal dengan sebutana mee rebus, akan tetapi sebenarnya terdapat variasi mi goreng dari bakmi Jawa.
Mi dimasak di atas tungku tanah liat  (anglo) dan api arang. Meskipun banyak pembeli yang memesan, juru masak tidak memasak semua pesanan dalam satu wajan besar, melainkan bahan dan bumbu diracik satu per satu. Pesanan dimasak satu porsi demi satu porsi di dalam wajan kecil. Ciri khas lainnya bakmi Jawa adalah penambahan suwiran daging ayam kampung  dan telur bebek ke dalam masakan.
Bakmi Jawa banyak dijajakan di Yogyakarta dan kota-kota di Provinsi Jawa Tengah seperti Purwokerto, Magelang, Semarang, Solo, dan kota kota lainnya. Desa Piyaman, Wonosari, Gunung Kidul merupakan tempat asal pedagang bakmi Jawa yang berdagang di berbagai kota besar di Indonesia.
Penjual bakmi Jawa di Yogyakarta berdagang mulai senja dan meletakkan gerobak tempat memasak bakmi di depan tempat usaha mereka. Pedagang bakmi Jawa yang ramai diantri pembeli di Yogyakarta di antaranya Bakmi Pak Pele di Alun-Alun Utara, Bakmi Kadin, Bakmi Mbah Hadi Terban, Bakmi Mbah Mo di Desa Code, Trirenggo, Bantul dan Bakmi Mbah Wito di Desa Piyaman, Wonosari, Gunungkidul.
Source : https://id.wikipedia.org/wiki/Bakmi_jawa

7. Pisang Plenet 
Pisang Plenet khas Semarang merupakan menu kuliner khas Semarang yang saat ini sudah jarang dijumpai di sudut-sudut lain pada kota Semarang. Pisang Plenet merupakan pisang yang dipipihkan (Bahasa Jawa: di-plenet). Pisang yang dipilih dalam pembuatan Pisang Plenet adalah pisang jenis Kepok yang benar-benar matang dari pohon agar tidak mudah menjadi pipih saat dipipihkan (diplenet).

Cara membuatnya, pertama-tama pisang dibakar diatas arang dengan bara api kecil. Setelah pisang layu dan sedikit gosong kehitaman barulah diangkat dan ditaruh di atas wadah, kemudian ditekan-tekan dengan papan kecil hingga nyaris pipih. Setelah pisang pipih barulah si penjual mengolesi seluruh permukaannya dengan margarin. Untuk isinya bisanya ditawarkan tiga pilihan yaitu cokelat meisjes, gula bubuk, atau selai nenas buatan sendiri. Setelah dioles barulah ditangkup dengan sepotong pisang pipih lagi sehingga mirip setangkup roti tawar.

Awalnya, Pisang Plenet ini disajikan dengan ditaburi gula putih halus dan diolesi selai nanas, namun hingga sekarang ini terdapat berbagai macam varian rasa dengan tambahan keju, coklat, atau selai jenis lainnya. Jajanan khas Semarang yang konon sudah banyak beredar sejak tahun 1960 ini bisa didapati di Waroeng Semawis, dengan kisaran harga Rp 10.000,- per porsinya.

Source : https://www.kompasiana.com/waroengsemawis/54f6814fa33311e6058b4e46/pisang-plenet-khas-semarang

8. Roti Ganjel Rel 



Roti ganjel rel atau roti gambang adalah roti khas Semarang. Meskipun berasal dari Semarang, roti ini jarang ditemui dan harus blusukan di Pasar Johar. Dengan terbakarnya Pasar Johar, roti ini semakin jarang ditemui. Roti ganjel rel kurang dikenal dibandingkan roti lainnya karena teksturnya tidak lembut sehingga agak alot dan sulit dikonsumsi. Namun, beberapa produsen kini memodifikasi teksturnya agar dapat dinikmati pada zaman modern kini. Tekstur ganjel rel yang agak alot ini menurut para ahli roti sangat baik bagi pencernaan. Roti ini merupakan salah satu oleh-oleh khas Semarang.
Roti ini berbentuk kotak dan berwarna coklat bertabur wijen, rasa roti ini bercita rasa kayu manis. Teksturnya ulet dan padat dipadu dengan aroma coklat dan kayu manis yang nendang di lidah. Karena teksturnya yang ulet jika makan dua potong saja sudah cukup mengenyangkan perut.
Roti ini yang selalu menjadi rebutan masyarakat Kota Semarang saat perayaan Dugderan, acara pembagian roti di tengah tradisi menjelang Ramadan yang menjadi acara yang dinanti warga. Ribuan warga bahkan rela berdesakkan untuk memperoleh kue tersebut, karena dipercaya mampu memperkuat diri ketika menjalankan ibadah puasa.
Roti ini merupakan salah satu peninggalan Belanda. Resep yang digunakan dari dulu sampai sekarang tidak pernah berubah, masih asli dari zaman Belanda dulu. Nama aslinya adalah roti gambang--karena bentuknya yang mirip dengan alat musik gambang--tapi masyarakat Semarang lebih mengenalnya dengan nama “ganjel rel”. Kenapa disebut ganjel rel, hal ini tak lain karena selain teksturnya yang bantat, dan juga bentuknya yang seperti ganjel rel (bantalan rel). Rasanya manis karena menggunakan campuran gula aren. Cocok sekali untuk teman minum teh seperti nonik Belanda dan juga karena roti ini padat jadi sangat cocok sekali untuk sarapan.
Roti yang satu ini selalu menjadi incaran bahkan rebutan masyarakat Semarang. 8000 potong dibagikan setiap tahunnya, yang dibuat oleh salah satu Takmir Masjid Agung Kauman Semarang pada Tradisi Dugderan. Pembagiannya diawali oleh RM Tumenggung Aryo Purboningrat yang diperankan oleh Wali kota Semarang. Tradisi ini diselenggarakan sehari sebelum puasa untuk menyambut datangnya bulan Ramadhan di setiap tahunnya. Kue "ganjel rel" adalah simbol tak ada gangguan. Maksudnya dengan memakan kue ini, pelaksanaan puasa tidak ada ganjalan sehingga pikiran jernih dan tenang.
Source : https://id.wikipedia.org/wiki/Roti_ganjel_rel

9. Garang Asem 
Garang asem (ejaan bahasa Jawa: garang asem) merupakan makanan tradisional khas Jawa Tengah. Garang asem adalah masakan olahan ayam yang dimasak menggunakan daun pisang dan didominasi oleh rasa asam dan pedas. Garang asem berasal dari Grobogan namun kini garang asem populer di Kudus, bahkan kini Garang Asem ada di beberapa kota di provinsi Jawa Tengah memiliki makanan tradisional ini. Antara lain Semarang, Demak, Kudus, Pati, dan Pekalongan.
Garang asem biasa disajikan sebagai lauk pendamping nasi, ditambah dengan tusukan ayam asam manis, tempe goreng, dan perkedel.
Selain Semarang, kota lain di Jawa Tengah juga memiliki variasi cara penyajian makanan khas ini. Garang Asem dari Pekalongan misalnya, makanan khas ini tidak menggunakan daun pisang sebagai pembungkusnya. Makanan ini disajikan di atas pering dan tidak menggunakan pembungkus daun pisang sehingga dapat langsung disantap. Berbeda dengan garang asem dari Demak, garang asem Demak menggunakan pembungkus daun pisang.
Source : https://id.wikipedia.org/wiki/Garang_asem

10. Gudangan 

Gudangan Semarang merupakan urapan sayur rebus dengan bumbu sambal gudangan yang sebenarnya hanyalah parutan kelapa berbumbu bawang merah dan putih, cabai merah, dan jeruk purut. Pada dasarnya gudangan dan urap terdiri dari bahan-bahan yang sama.
Bedanya adalah pada rasa gudangan yang pedas, sedangkan urap tidak pedas. Gudangan menggunakan sambal dan bumbu yang berbeda dibandingkan dengan urap. Gudangan paling nikmat bila dimakan bersama dengan nasi hangat, jadi penyajiannya adalah hanya perlu menyediakan sepiring nasi lalu ditambah dengan hasil urapan tadi di atasnya.
Source : https://resepnusantara.id/gudangan-semarang/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar