Minggu, 07 April 2019

FOOD TERMINOLOGI-MAKANAN KHAS YOGYAKARTA PART 2

1. GUDEG 

Makanan khas Jogjakarta yang pertama ini pasti tidak terdengar asing, bukan? Siapa yang tidak tahu makanan khas Jogja yang ini. Gudeg adalah makanan khas Jogja yang terbuat dari nangka muda yang dimasak dengan santan. Makanan khas jogja ini memiliki warna coklat yang biasanya dihasilkan oleh daun jati yang dimasak bersamaan. Gudeg biasanya dimakan dengan nasi dan disajikan dengan kuah santan kental (areh), ayam kampung, telur, tahu dan sambal goreng krecek.

Awalnya Gudeg yang dikenal oleh masyarakat Indonesia khususnya Yogyakarta jaman dahulu adalah Gudeg Basah. Seiring perkembangan jaman, kebutuhan Gudeg untuk oleh-oleh yang semakin berkembang juga seirama dengan munculnya Gudeg kering. Gudeg kering baru ditemukan sekitar enam dasawarsa yang lalu. Sifatnya yang kering membuat gudeg tersebut tahan lama dan sering dimanfaatkan sebagai oleh-oleh yang tentu saja berdampak dengan munculnya industri rumahan yang menyajikan oleh-oleh Gudeg khas Yogyakarta.

Keunikan lainnya dari masakan gudeg adalah kemasannya. Apabila Anda berbelanja Gudeg sebagai makanan khas Yogyakarta, tidak jarang Gudeg tersebut dikemas dengan menggunakan besek. Besek adalah bungkus dari anyaman bamboo yang dibentuk sedemikian rupa berbentuk segi empat dan dapat digunakan sebagai tempat Makanan. Selain itu Gudeg juga sering dikemas menggunakan kendil yaitu berupa wadah yang terbuat dari tanah liat. Kemasan tersebut biasanya banyak ditemukan pada para penjual gudeg yang telah terkenal di Yogyakarta seperti Gudeg Wijilan. Wijilan memang merupakan sebuah areal yang terkenal dengan penjual Gudegnya.

Hingga saat ini, belum diketahui secara jelas tentang sejarah Gudeg. Beberapa pandangan mengkaitkan Gudeg sebagai makanan dari Kraton Yogyakarta, sementara lainnya berpandangan bahwa Gudeg telah lama ada sejak penyerbuan pertama ke Batavia pada 1726-1728 oleh pasukan Sultan Agung yang tercatat dalam sejarah meski belum dapat dibuktikan kebenarannya. Namun dalam berbagai kesimpulan mengenai sejarah Gudeg dapat disimpulkan bahwa Gudeg adalah makanan Masyarakat jaman dulu karena bahan bakunya yaitu nangka muda mudah untuk ditemukan di pekarangan sekitar rumah warga. Nangka tersebut kemudian diolah dan dikembangkan sehingga menjadi Gudeg makanan khas masyarakat Yogyakarta sampai saat ini.

2. KRECEK 
Krecek atau kerecek adalah kulit sapi yang di keringkan dapat digunakan dalam masakan atau dibuat kerupuk, cara masak menggunakan bumbu-bumbunya sama dengan bumbu-bumbu sambal goreng, hanya kuahnya agak banyak. Di daerah Jawa Tengah yang dimaksud krecek adalah sambel goreng tempe dengan kerupuk kulit.
Bahan krecek terbuat dari kulit sapi yang dipotong kecil kecil dan di goreng sehingga menjadi kerupuk kulit. Setelah menjadi kerupuk kulit kemudian dicampurkan pada masakan tertentu, bisa bersama tahu atau tempe atau oncom.
Sambel goreng krecek ini sangat sedap dan enak jika disatukan dengan masakan yang terdapat nasi putih.

3. BAKPIA PHATUK 
Hasil gambar untuk BAKPIA PATHOK
www.omiyago.com 
 adalah kue berbentuk bulat pipih, terbuat dari campuran kacang hijau dengan gula, yang dibungkus dengan tepung, lalu dipanggang. Bakpia asal mulanya berasal dari daratan Tiongkok. Bakpia Pathuk adalah salah satu varian Bakpia yang berkembang di Yogyakarta Saat ini Bakpia Pathuk sudah menjadi salah satu makanan khas sekaligus oleh-oleh khas dari Yogyakarta. Ini merupakan salah satu wujud nyata akulturasi budaya Tiongkok dan budaya Jawa, dalam hal ini Yogyakarta.

Melihat latar belakang sejarahnya, bakpia sebenarnya berasal dari negeri Tiongkok. Di sana, kue ini bernama "Tou Luk Pia" yang artinya adalah kue pia (kue) kacang hijau. Istilah bakpia sendiri adalah berasal dari Bahasa Tionghoa dialek Hokkian (Hanzi: 肉餅), salah satu Rumpun bahasa Tionghoa yaitu dari kata "bak" yang berarti daging dan "pia" yang berarti kue, yang secara harfiah berarti roti berisikan daging. Di negeri asalnya, bakpia memiliki ukuran yang lebih besar daripada Bakpia Pathuk serta berisikan daging yang diolah, sementara Bakpia Pathuk berisi kumbu yang terbuat dari kacang hijau.

4. YANGKO 
Hasil gambar untuk yangko jogja

Jika di negeri Cina dikenal kue moci, di Indonesia juga terdapat kue Yangko dengan bentuk menyerupai kue moci. Yangko adalah makan dari adonan dari tepung ketan yang dibalut tepung gula dengan rasa manis dan khas  karena ada unsur gurihnya. Yangko biasa berbentuk kotak dan didalamnya telah diisi oleh isi kue berupa kacang yang dapat menambah kenikmatan menyantap Yangko. Dalam perkembangannya, makanan ini telah dimodifikasi sedemikian rupa sehingga lebih menarik pengunjung hingga dikenal sebagai salah satu kekayaan kuliner khas Yogyakarta yang biasa dimanfaatkan sebagai oleh-oleh bagi para wisatawan.
Yangko yang memiliki rasa yang kental manis ini sesungguhnya merupakan makanan khas dari Kotagede. Ya, Kotagede adalah sebuah kawasan di Kota Yogyakarta yang juga terkenal dengan kerajina peraknya. Dahulu, Kotagede adalah ibukota Kerajaan Mataram Islam, sebuah kerajaan besar yang menjadi cikal-bakal Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta. Di kota inilah sejarah Yangko bermula dimana dahulu kala makanan ini dikenal sebagai makanan raja-raja atau priyayi. Tidak semua rakyat biasa bisa menikmatinya karena harus mengeluarkan uang yang cukup besar. Bahkan Yangko ini dipercaya juga sebagai makanan yang dibawa Pangeran Diponegoro saat bergerilya karena Yangko dapat bertahan cukup lama dan tidak basi.
Nama yangko diyakini berasal dari kata kiyangko. Dalam pelafalan lidah orang Jawa, kata kiyangko diucapkan dengan singkat menjadi yangko. Meskipun tidak banyak seperti saat dahulu, penjual Yangko saat ini juga telah banyak ada di Yogyakarta. Salah satu yang terkenal adalah Yangko Pak prapto. Sejarah tersebut dimulai karena konon, orang yang pertama kali mengenalkan yangko adalah Mbah Ireng yang tidak lain adalah kakek buyut Suprapto. Meski Mbah Ireng sudah berinovasi membuat yangko sejak tahun 1921, namun yangko baru mulai dikenal luas oleh masyarakat pada sekitar tahun 1939.
Seiring perkembangan jamannya, Yangko yang saat ini juga dijual sebagai oleh-oleh banyak ditemui di berbagai toko oleh-oleh di Yogyakarta. Harganya juga cukup bervariasi antara Rp.8000,- sampai Rp.10.000,- jika pembeli membeli langsung ke pembuatnya. Harga juga akan berbeda jika membeli ke tempat wisata yang tentu saja sedikit lebih mahal. Yangko dapat menjadi salah satu alternatif oleh-oleh ketika Anda berkunjung ke Yogyakarta.
5. CENIL 
Gambar terkait
Cenil atau yang sering disebut juga dengan Cethil adalah salah satu jajanan pasar dengan cita rasa manis bercampur taburan kelapa parut yang gurih.
Makanan ini sangat unik memang, entah karena rasa atau bentuknya. Biasanya makanan ini disajikan bersama kawan-kawannya macam lupis atau jagung. Tapi, disajikan terpisah juga tidak masalah. Kue ini rasanya manis karena gula Jawa yang tumpahkan di atasnya.
Cenil atau Cethil terbuat dari tepung saripati ketela yang dibuat adonan dengan air hangat lalu dikukus hingga masak biasa ditemui warna-warni hijau merah maupun putih disajikan bersama parutan kelapa, sedikit garam dan taburan gula pasir atau gula jawa cair. Sangat cocok jika disajikan dengan teh hangat di sore hari.
Jika hendak mencari makanan ini, anda dapat mencarinya di pasar-pasar tradisional yang berada di yogyakarta. Di depan Pasar Kranggan Jalan Diponegoro atau 100 meter barat Tugu Jogja masih banyak dijumpai makanan tradisional tersebut pada pagi hari pukul 06.00 hingga 11.00 WIB. jika ingin membeli, harga yang ditawarkan cukup murah yaitu sekitar Rp2000 saja

6. GEPLAK 

Hasil gambar untuk GEPLAK JOGJA


Geplak adalah salah satu makanan khas dari Bantul, Yogyakarta. Makanan ini terbuat dari parutan kelapa dan gula merah atau gula pasir. Bentuknya yang unik dan rasanya yang khas membuat makanan ini sangat di gemari oleh masyarakat, bahkan  para wisatawan yang datang dan menjadikannya sebagai oleh – oleh. Geplak ini merupakan makanan tradisional yang sangat terkenal dan di jadikan sebagai  salah satu icon kuliner kota Bantul, Yogyakarta.

Geplak ini memiliki ciri khas dengan bentuknya yang bulat dan warnanya yang berwarna – warni. selain itu rasa parutan kelapa dan rasanya yang manis memberikan cita rasa khas pada makanan satu ini. Dalam proses pembuatan Geplak ini, pertama daging kelapa direndam kedalam air kelapa sampai minyaknya hilang. Kemudian daging kelapa itu dicuci bersih dan di parut. Parutan tersebut kemudian dimasak bersama dengan gula dan juga pewarna makanan. Kemudian didinginkan dan di bentuk bulat dan di kemas.

Geplak ini biasanya di kemas menggunakan besek yang terbuat dari anyaman bambu. Dalam satu kemasan besek biasanya berisi banyak Geplak yang berwarna – warni. Pada awalnya, Geplak ini hanya terdapat dua warna, yaitu putih dan coklat. Untuk warna putih biasanya menggunakan gula tebu, sedangkan yang berwarna coklat biasanya terbuat dari gula jawa.

Seiring dengan perkembangannya, mulai banyak kreasi baru dari segi warna dan juga rasa dalam memproduksi makanan ini. Warna Geplak yang awalnya hanya dua warna, kini menjadi berbagai warna seperti merah, kuning, hijau, putih dan coklat. Selain itu dalam segi rasa Geplak yang awalnya hanya rasa gula tebu dan gula jawa, kini juga di tambahkan beberbagai rasa seperti rasa jahe, kacang, strawbarry, durian dan lain – lain.

7. GATOT GUNUNG KIDUL 


Makanan khas Jogja selain Gudeg dan Bakpia yang berasal dari Gunung Kidul adalah Gatot. Gatot terbuat dari sejenis singkong yang dikupas lalu dijemur agar kering. Kualitas gatot ditentukan dari bahan dasar singkongnya.

Gatot biasanya dimakan dengan sayuran sebagai pengganti nasi. Makanan ini menjadi makan yang sangat di favorit masyarakat Gunungkidul karena rasanya manis, lezat, dan gurih. Nama gatot diambil dari singkatan Gagal Total karena sulitnya menghasilkan panen pada atau gagal panen, makanan ini di buat untuk mengantikan beras yang berbahan dasar Gaplek (ketela yang dikeringkan) karena gagal panen pada waktu itu
Proses pembuatan gatot memakan waktu yang lumayan lama, dari proses fermentasi ketela dengan cara dijemur sampai muncul jamur hasil permentasi ini berupa geplek kemudian gaplek ini direndam selama dua malam sampai ketela tersebut kenyal, setelah itu ditiriskan, dicuci, dan diambil kulit arinya, kemudian dipotong-potong kecil-kecil dan direndam selama satu malam. setelah direndam kemudian dikukus selama dua jam dan biasanya ditambahkan di tambahkan gula merah, garam, dan kelapa agar membuat makanannya terasa manis dan gurih. Agar lebih memperenak rasanya dan memperindah teksturnya ditambahkan dengan kelapa yang telah diparut.
Gatot memiliki kandungan gizi yang sangat banyak yang tidak kalah dengan makan pokok lainnya seperti beras, tiwel, dan nasi jagung, kandungan asam amino atau protein dalam gatot lebih besar dibanding dengan bahan pembuatanya (ubi kayu). Hal ini terjadi karena keberadaan jamur yang memproduksi rotein dari bahan pati ubi kayu sehinggah gatot merupakann suatu makan yang kaya akan gizi dan dapat di jadikan sebagai makan pokok penganti beras. 

8. PEYEK TUMPUK 
Hasil gambar untuk PEYEK TUMPUK JOGJA

Nama Peyek Tumpuk sendiri diberikan karena dua hal. Pertama karena bentuk peyek yang tidak pipih bulat seperti rempeyek pada umumnya, melainkan tebal bertumpuk-tumpuk. Selain itu juga karena pertama kali dibuat dan dikenalkan oleh seorang wanita bernama mbok Tumpuk.
Meski sentra pembuatan peyek tumpuk kini sudah banyak ditemukan di wilayah Bantul, namun cikal bakal peyek tumpuk berawal di daerah Palbapang. Tepatnya di rumah Mbok Tumpuk, Jalan KHA Wahid Hasim, Bantul.
Lokasi inilah yang digunakan Mbok Tumpuk membuat Peyek Tumpuk sejak sekitar tahun 1975 silam hingga sekarang. Meski telah dilanjutkan oleh anak-anaknya, hingga kini proses pembuatan peyek tumpuk masih dipertahankan seperti saat awal peyek dibuat.
Dengan bentuk bertumpuk-tumpuk tak teratur mirip bongkahan, keistimewaan peyek Mbok Tumpuk terletak rasanya yang gurih dan renyah. Menurut salah seorang karyawan Peyek Mbok Tumpuk, Marni, rahasianya terletak pada pemilihan bahan baku rempeyek dan cara pembuatan yang masih tradisional.
9. KERIPIK BELUT 
Hasil gambar untuk KERIPIK BELUT  JOGJA
Keripik belut adalah makanan khas yang biasa ditemukan di wilayah Godean, Kabupaten Sleman, Propinsi daerah Istimewa Yogyakarta. Jenis Kripik ini jarang ditemukan di wilayah lain dan hal inilah yang mungkin membuat keripik belut menjadi unggulan kuliner yang dimiliki oleh Kabupaten Sleman.
Mungkin sedikit aneh dan jijik ketika mendengar kata belut. Ya, karena belut adalah binatang yang biasa tinggal di lokasi persawahan dengan bentuk menyerupai ular dan ikan lele. Belut yang memiliki tubuh licin ini sangat sulit dipegang. Binatang air tawar ini biasanya mengkonsumsi ikan dengan ukuran kecil untuk kelangsungan hidupnya.
Belut yang biasa ada di sawah dan kurang diperhatikan tersebut ternyata dapat diolah menjadi makanan yang enak. Melalui tangan trampil masyarakat Godean belut tersebut kemudian diolah menjadi keripik. Bisnis pembuatan keripik belut ini telah berlangsung sejak tahun 1980 dan tentu saja awalnya belum seterkenal saat ini. Pedagang yang menjualnya juga hanya pedagang kecil di pasar tradisional.
Seiring perkembangan jaman, keripik belut semakin dikenal oleh masyarakat luas. Hal tersebut tentu saja berbanding lurus dengan bertambahnya jumlah pembuat keripik belut. Bahkan saat ini keripik belut telah menjadi industri rumahan masyarakat. Dari sisi bahan baku, dengan jumlah permintaan yang banyak membuat bahan baku belut dariGodean selalu kekurangan. Untuk mengantisipasi masalah tersebut, bahan baku sampai diambil dari daerah lain seperti klaten, Boyolali, dan beberapa daerah lain.
Anda dapat menikmati keripik belut ini dengan hanya mengeluarkan uang antara Rp. 25.000,00 – Rp.50.000,00 perkilo tergantung dari jenis keripik belut yang Anda minati. Keripik belut dengan ukuran kecil dan tanpa tepung justru lebih mahal ketimbang yang besar dan bertepung karena rasanya akan lebih gurih. Harga tersebut lumayan terjangkau karena Anda juga akan memperoleh kandungan gizi dan protein yang dimiliki belut. Makanan ini dapat menjadi alternatif kuliner  dan oleh-oleh Anda ketika berkunjung ke Yogyakarta.
10. KICAK 
Hasil gambar untuk KICAK JOGJA
Saat Ramadhan tiba, terdapat beberapa makanan tertentu yang hanya bisa ditemukan saat bulan Ramadhan saja. Mulai dari makan berat, minuman, hingga kue-kue manis. Tersebar di berbagai wilayah di Tanah Air, makanan dan minuman tersebut biasanya akan dijajakan saat menjelang waktu berbuka puasa.
Kicak misalnya, kuliner khas asal Kampung Kauman, Kecamatan Gondomanan, Yogyakarta ini hanya bisa dijumpai saat bulan Ramadhan saja. Memiliki tekstur lembut, kudapan satu ini terbuat dari dari campuran beras ketan kukus yang telah ditumbuk halus menjadi jadah, kemudian dicampur dengan parutan kelapa, gula, garam, daun pandan, serta irisan buah nangka.
Perpaduan manisnya gula, dan jadah yang legit menghasilkan cita rasa sajian yang lumer di mulut. Rasanya akan semakin sempurna saat disantap dengan irisan buah nangka yang manis nan kenyal. Nikmat!
Dalam penyajiannya, jadah yang telah dilumuri gula, garam, parutan kelapa, daun pandan dan nangka akan dibungkus dengan menggunakan daun pisang yang telah dilayukan terlebih dahulu. Namun, seiring berjalannya waktu, penggunaan daun pisang digantikan dengan plastik mika karena dianggap lebih praktis dan mudah dikemas.




Source : 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar